Thursday, October 17, 2013

Bus Kampus ke Cikabayan

ngeliat postingan terakhir, ngerasanya kayak udah lama banget gak nulis. 
emang iya sih :p jujur emang belom bisa jadi blogger sejati. masih jadi blogger 'amatir' sejati *apaan sih
langsung aja, saya tau info ini lewat twitter.. programnya BEM KM IPB yaitu Surat Kecil Untuk Rektor yang mengangkat tema "Sudahkah IPB Menjadi World Class University Hari Ini?"
pengen banget nyoba nulis, dan akhirnya kesampean juga.. ini dia TARAAA!!


dibaca sampai selesai yah hehe :)
Assalamualaikum, bapak rektor yang saya sayangi..
Salam hormat dan sayang dari saya mahasiswi fakultas pertanian. Bagaimana kabar bapak? semoga selalu dalam keadaan yang baik, sehat, dan semangat untuk tetap mencari dan memberi yang terbaik ya pak..
Sebelum ke inti dari surat ini, saya mau sedikit curhat (meski isi surat ini nantinya adalah curhatan saya semua), saya sangat tertarik ketika ‘tidak sengaja’ melihat poster warna biru yang judul tulisannya Surat Kecil Untuk Rektor. Tapi melihat deadline yang saat itu 7 Oktober saya ragu bisa atau tidak, karena hari itu juga saya ada kegiatan sampai malam dan ketika sampai di kosan langsung terlelap dan lupa untuk nulis hal ini, jadi ya pupuslah harapan saya untuk bisa nulis surat buat ayah nomor 1 di IPB. siang ini, tidak sengaja saya buka twitter, dapat info dari akun @bemkmipb_adv kalo deadlinenya diperpanjang hingga hari ini.
Sempat nyesel sih, kok tidak terlalu bombardir ya infonya. Akhirnya saya mencoba untuk membuat surat ini. Tidak berharap untuk dapat hadiahnya pak, tapi saya ingin sekali surat saya ini dibaca oleh bapak. Tidak dibaca semua juga ndak apa..
Saya mau mengutarakan isi hati saya pak, mengenai transportasi kampus, yaitu bus kampus. Seperti saya dan bapak ketahui, IPB memang sudah lama punya bus, sejak pertama kali saya kuliah di kampus ini juga sudah ada bus.
Keberadaan bus di kampus sangat membantu mahasiswa dalam perjalanan menuju ke tempat kuliah, membantu sekali ketika tidak ada kendaraan bermotor dan menginginkan fasilitas yang gratis. Pernah saya ngobrol dengan supirnya yang memang sangat baik, tapi saya dan teman-teman Faperta lainnya masih belum bisa merasakan kepuasan dengan fasilitas yang diberikan kampus IPB dalam hal bus kampus ini.
Saya dan teman-teman faperta lainnya, yang setiap pagi di setiap harinya harus praktikum lapang di kebun percobaan Cikabayan menginginkan adanya bus yang melewati kebun percobaan Cikabayan.
Karena kebun percobaan itu masih dalam lingkup kampus IPB, jadi sudah seharusnya menjadi perhatian juga. Meski ada banyak fasilitas seperti ojek yang bisa mengantarkan sampai ke tempat praktikum, tapi kalau harus setiap hari menggunakan ojek, biayanya jika diakumulasikan terbilang tidak sedikit. Belum lagi ada beberapa tukang ojek yang kadang meminta bayaran yang tidak semestinya.
Meski kami mahasiswa lapang yang notebenenya kuat dan bisa berjalan kaki menuju ke tempat praktikum, tapi ketika pulang praktikum atau saat ada pengamatan di siang hari itu, sangat melelahkan. Belum lagi bagi mahasiswa yang setelah praktikumnya ada kuliah lagi yang waktunya sangat mepet, harus naik ojek, dan harus mengeluarkan biaya lagi.
Sekarang memang banyak yang sudah memiliki kendaraan pribadi seperti motor atau mobil, tapi kalau bisa ada bus kampus yang melewati tempat praktikum, mahasiswa akan menggunakan bus, hal itu bisa mengurangi jumlah penggunaan kendaraan bermotor dan bisa juga mengurangi tingkat polusi. IPB juga bisa menjadi kampus hijau yang sebenarnya, yang cinta lingkungan, yang Go Green.
Menengok ke kampus sebelah, bus kampusnya sudah Go Green, fasilitas untuk pengguna sepeda juga sudah disediakan jalurnya sendiri, ada halte di setiap fakultasnya. Meski banyak yang saya mau untuk kampus tercinta ini, tapi saya hanya ingin adanya penambahan rute bus kampus ke kebun percobaan Cikabayan. Karena hal ini sudah jadi impian anak-anak faperta. Dengan begitu saya dan teman saya tidak bingung lagi ketika harus pengamatan siang hari atau sore hari, tidak lagi banyak pengeluaran untuk bayar tukang ojek.
Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf apabila saya banyak kesalahan dalam hal penyampaiannya. Mohon maaf pula apabila saya menulis surat dengan kurang sopan. Maaf juga bapak, karena belum bisa memberikan dokumentasi untuk memperkuat argumen saya. Tapi saya sampaikan surat ini apa adanya dengan menganggap bahwa Bapak Rektor adalah ayah saya. Sehingga seorang anak bisa mengungkapkan isi hatinya dengan leluasa, tanpa batasan apapun. Akan tetapi yang terpenting yang perlu bapak ingat bahwa saya selalu menghormati bapak dan akan selalu bangga pada bapak. Mohon maaf sekali lagi apabila saya banyak melakukan kesalahan.
“Raja akan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan besar, pasti tak punya menteri yang sedia setiap saat dipanggil menghadap. Justru dia yang akan mengunjungi mereka untuk meminta nasehat. Sebab tugas besar hanya bisa dituntaskan oleh mereka yang berjiwa besar.” (Dalam Dekapan Ukhuwah)

Semangat Bapak Rektor!

Wassalamu’alaikum ..