Keterangan Buku:
Judul: Hujan
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 320 hal
ISBN 978-602-03-2478-4
Tentang Persahabatan
Tentang Cinta
Tentang Perpisahan
Tentang Melupakan
Tentang Hujan
Judul: Hujan
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 320 hal
ISBN 978-602-03-2478-4
Tentang Persahabatan
Tentang Cinta
Tentang Perpisahan
Tentang Melupakan
Tentang Hujan
Lail selalu suka hujan. Dalam hidupnya, seluruh kejadian sedih, seluruh kejadian bahagia, dan seluruh kejadian penting terjadi saat hujan.
Lail selalu suka hujan. Senja ini dia membiarkan tubuhnya basah di tengah udara dingin, menatap tikungan jalan, tempat sepeda merah Esok hilang dari kejauhan.
Usianya saat itu baru empat belas tahun, Esok enam belas. Lail belum tahu perasaannya, masih beberapa tahun lagi. Tapi saat itu dia sudah tahu. Esok akan selalu penting baginya.
Tapi, Maryam, sahabat Lail, sempat berkata mengenai Hujan, dia bilang, Jangan pernah jatuh cinta saat hujan, Lail. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejadian menyakitkan itu,
kemudian dia melanjutkan, dengan berkata, Kenapa kita mengenang banyak hal saat hujan turun? Karena kenangan sama seperti hujan. Kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu…
Itu adalah gambaran inti kisah dari novel Hujan ini.
Saya masih dibuat kagum dengan cerita dibalik novel dengan cover biru nan apik dari buku ini. Cerita yang imajinatif, visioner, karena tere lite menceritakan dengan setting waktu di tahun 2044 hingga 2050, wow terbayangkah dunia akan jadi seperti apa? nah di dalam novel ini sedikit diceritakan, di samping cerita romansa Lail dan Esok, juga beberapa tokoh terkait. Novel ini banyak memberikan pelajaran, mulai dari pelajaran tentang sains hingga pelajaran hidup.
Pernah ketika saya kuliah, salah satu dosen memberikan materi mengenai dunia digital yang akan semakin berkembang di tahun-tahun mendatang, dan ketika baca buku ini saya seperti mendapatkan jawaban gambaran real dunia digital di masa depan, Well meskipun ini hanya cerita karangan penulis, tapi tere liye berpikir visioner, saya pun dibuat ikut membayangkannya.
Selain mengagumkan karakter Lail yang selalu sabar menunggu, karakter Esok yang genius, saya juga mengagumkan karakter Maryam di sini, karena perjuangannya dan tekadnya yang berusaha dalam mencapai tujuannya meski orang lain berpikir itu mustahil dan sulit tapi Maryam berhasil membuktikannya. Saya juga dibuat tertawa dengan karakter Maryam di sini, karena membayangkan rambutnya yang kribo dan selalu mengembang ketika ia marah, juga kelakuannya yang menginginkan merasakan mobil yang terbang namun tidak tersampaikan, hahaha Maryam kocak!
Dari banyak judul novel yang bertemakan Hujan, ini adalah salah satu favorit saya, kalau ada yang belum baca sangat saya sarankan untuk membacanya, karena baca reviewnya aja gak akan menjawab rasa penasaran kamu dengan kisah di balik blurb buku ini yang hanya menuliskan tentang apa yang terkandung di dalam novel ini.
Novel Tere Liye memang tidak pernah mengecewakan pembacanya untuk baper~ alias bawa perasaan
Ini beberapa quote yang saya ambil dari novel ini
Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa. (hal 63)
Ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan, Merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esok. (hal 205)
Tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar, Tidak ada kepastian juga adlaah kepastian, kepastian tidak ada kepastian. (hal 227)
Hidup ini juga memang tentang menunggu, Lail. Menunggu kita menyadari kapan kita akan berhenti menunggu. (hal 228)
Orang kuat itu bukan karena dia memang kuat, melainkan karena dia bisa lapang melepaskan.. (hal 228)
Tetapi, sesungguhnya bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan. (hal 308)