Keterangan buku:
Judul: Matahari
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 400 hal
ISBN: 978-602-03-3211-6
Harga: Rp 88.000
Blurb
Namanya Ali, 15 tahun, kelas X. Jika saja orangtuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doktor universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semuanya membosankan baginya.
Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku bisa menghilang, dan Seli bisa mengeluarkan petir.
Ali sendiri punya rahasia kecil. Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan.
Namanya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.
Review:
Satu kata pertama setelah saya akhirnya bisa menyelesaikan bacaan novel ini adalah WOW! dan ada kata yang lebih menggambarkannya AMAZING! Karena selama saya membaca novel karya Tere Liye selalu dibawa perasaan, namun kali ini saya disuguhkan pada novel fantasy. MENDEBARKAN.
Novel ini adalah novel karya Tere Liye kesekian yang saya baca. Novel ini novel fantasy pertama nya Tere Liye, buku #3 dari serial Bumi. Jadi untuk yang belum baca serial ini, Serial Bumi ini dimulai dengan buku #1 berjudul Bumi, ke #2 berjudul Bulan, dan ketiga buku ini Matahari.
Novel ini bertemakan perjalanan, petualangan, dan persahabatan, yang masih dibumbui dengan konflik dan kehidupan remaja.
Novel tebal tapi tidak jadi masalah ketika dapat membuat pembacanya –termasuk saya– selalu dibuat penasaran untuk lanjut membuka halaman demi halaman.
Novel ini terdiri dari 30 episode yang membahas kisah perjalanan dan pertualangan tiga remaja bernama Raib, Seli, dan Ali di dunia paralel.
Berawal dari kisah Raib, Seli, dan Ali yang sebelumnya telah berpetualangan di Klan Matahari, dimana saat melewati pertempuran hidup-mati mereka harus bersedih hati karena kehilangan salah satu teman mereka, Ily, petarung hebat Klan Bulan dan itu mengharuskan mereka bertiga kembali ke kota dan ke kehidupan mereka di Klan Bumi, mereka harus melanjutkan sekolah.
Kisah serunya dimulai ketika Ali, si jenius yang bisa bertransformasi menjadi beruang besar, penasaran dan menginginkan untuk berpetualang ke Klan Bintang, Klan yang tidak banyak yang tahu keberadaannya dan sedikit sekali yang pernah pergi ke sana, namun Ali justru menginginkan petualangan ke klan tersebut.
“Kita bisa pergi ke Klan Bintang, itu akan menjadi petualangan yang hebat. Ini Seru, Ra!” (Hlm 33)
Namun Raib dan Seli tidak sependapat dengan Ali, karena mereka baru beberapa bulan yang lalu berpetualangan bahkan bertarung hebat di Klan Matahari, mereka, bahkan Ali pun, tidak tahu persis Klan Bintang berada dan terlebih lagi mereka tidak tahu harus menggunakan apa menuju ke Klan tersebut. Karena buku ajaib, buku matematika milik Raib, yang di sebut dengan “Buku Kehidupan” dilarang untuk dipakai jika tidak dalam keadaan mendesak.
Ali tidak kehabisan ide, ia terus berusaha dan melakukan penelitian untuk menemukan tempat dan cara agar keinginannya ke Klan Bintang bisa terwujud. Hingga Ia berhasil menciptakan sebuah kapsul terbang jenius, yang diberi nama ILY.
“…kapsul perak ini dibuat agar sama diandalkannya seperti Ily, teman yang setia. Kapsul ini juga petarung yang hebat, bisa membela kita dari posisi sulit, seperti yang dilakukan Ily..” (hlm 65)
Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Klan Bintang dengan kapsul perak tersebut, dan petualangan penuh dengan kejutan pun dimulai.
Saya yang membaca novel ini, episode demi episode, seperti menonton sebuah film fantasy, namun saya bisa dengan bebas berimajinasi, di luar imajinasi penulis lewat karyanya ini.
Perjalanan mereka ke Klan Bintang diawali dengan mereka yang harus menemukan Lorong Kuno, disini saya takjub dengan kejeniusan Ali, karena siapa sangka remaja seumuran Ali bisa menciptakan benda sehebat kapsul perak, bahkan lebih hebat dari pesawat terbang, bila ini nyata.
“adegan” menegangkan disuguhkan, saat kali pertama mereka menuju lorong kuno, saat melewatinya, lorong kuno tersebut adalah lorong yang panjang dan lebarnya berkilo-kilometer. Sampai akhirnya mereka sampai di tempat yang mereka tuju. Mereka takjub dengan pemandangan dan kondisi dengan tempat yang mereka kunjungi.
Di klan tersebut mereka bertemu dengan Faar, Laar, Kaar, dan Meer. Nama-nama tokoh yang unik yang dipilih oleh penulis ini membuat saya tersenyum saat membaca nama lengkap mereka, juga nama tempat yang ada di Klan Bintang, sangat unik.
Alur cerita novel ini juga mudah dan mengalir begitu saja saya membacanya. Pembaca akan menjadi candu bila sudah membaca episode 1, ingin melanjutkan ceritanya ke episode 2, begitu seterusnya.
Dalam novel akan diceritakan bagaimana serunya perjalanan dan petualangan Raib, Seli, dan Ali ketika mereka sampai di Klan Bintang, pembaca akan dibawa hanyut dengan imajinasi-imajinasi yang diceritakan penulis lewat tulisan ketika menggambarkan situasi dan kondisi yang ada di Klan Bintang. dan satu kata ketika saya baca kisah tersebut: WOW!
Bahasa yang digunakan juga, menurut saya, meski banyak menggunakan bahasa ilmiah, sastra, namun tidak menjadikan pembaca tidak paham dengan maksud penulis. Saya berusaha menghayati cerita ini, sehingga bisa dengan mudah menangkap maksud kata demi kata yang dituliskan.
Untuk kesalahan penulisan, tidak banyak, karena saya hanya menemukan kesalahan penulisan tengan (seharusnya tangan) di halaman 269 dan menyerahlan (seharusnya menyerahkan) di halaman 308.
Ada beberapa kalimat yang menjadi favorit saya:
“Manusia hanya mencontoh alam sekitar agar bisa bertahan hidup, tapi mereka tetap sangat bergantung dengan siklus alam. Kabar buruk bagi manusia, secara alami, alam puny acara menjaga keseimbangan. Salah satunya lewat gunung meletus” (hlm 180)
“Buku itu bisa mengembalikan yang telah pergi, menyembuhkan yang sakit, menjelaskan yang tidak paham, melindungi yang lemah dan tidak berdaya” (hlm 249).
“Terus berpikir positif, Ra, kabar baik akan datang” (hlm 338).
“Apapun yang terlihat, bolehjadi tidak seperti yang kita lihat” (hlm 352).
“Kenapa bentukku seperti buku? Karena itu symbol pengetahuan dan keabadian” (hlm 357)
“Sesuatu akan bertahan lebih lama saat diwariskan lewat buku, dituliskan” (hlm 357).
“Keyakinan yang teguh, yang bahkan lebih kuat dibanding kekuatan itu sendiri, akan membawamu jauh sekali” (hlm 358).
“Karena aku menyukainya, passion, hobi, mimpi-mimpi, semangat, entah apa lagi kata yang tepat menggambarkannya” (hlm 362).
“Hidup ini adalah perjuangan, Ali. Semua orang memiliki petualangannya masing-masing, maka jadilah seorang petualang yang melakukan hal terbaik” (hlm 362).
Rasa penasaran pembaca dari kisah di novel sebelumnya (Seri #2 Bulan) terjawab disini.
Bagi kalian yang belum membaca buku seri ke #3 Matahari ini sangat saya rekomendasikan sekali. Karena saya berani kasih empat jempol untuk novel ini, novel karya penulis Indonesia bergenre fantasy, novel dari penulis yang sangat luar biasa karyanya. Yuk kita berimajinasi bersama Raib, Seli, dan Ali di Klan Bintang.
Sampai jumpa di review Novel kelanjutannya, Bintang :D