Wednesday, July 13, 2016

Hujan by Tere Liye [Review Buku]

Keterangan Buku:
Judul: Hujan
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 320 hal
ISBN 978-602-03-2478-4


Tentang Persahabatan
Tentang Cinta
Tentang Perpisahan
Tentang Melupakan
Tentang Hujan

Lail selalu suka hujan. Dalam hidupnya, seluruh kejadian sedih, seluruh kejadian bahagia, dan seluruh kejadian penting terjadi saat hujan. 
Lail selalu suka hujan. Senja ini dia membiarkan tubuhnya basah di tengah udara dingin, menatap tikungan jalan, tempat sepeda merah Esok hilang dari kejauhan. 
Usianya saat itu baru empat belas tahun, Esok enam belas. Lail belum tahu perasaannya, masih beberapa tahun lagi. Tapi saat itu dia sudah tahu. Esok akan selalu penting baginya. 
Tapi, Maryam, sahabat Lail, sempat berkata mengenai Hujan, dia bilang, Jangan pernah jatuh cinta saat hujan, Lail. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejadian menyakitkan itu, 
kemudian dia melanjutkan, dengan berkata, Kenapa kita mengenang banyak hal saat hujan turun? Karena kenangan sama seperti hujan. Kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu…
Itu adalah gambaran inti kisah dari novel Hujan ini.
Saya masih dibuat kagum dengan cerita dibalik novel dengan cover biru nan apik dari buku ini. Cerita yang imajinatif, visioner, karena tere lite menceritakan dengan setting waktu di tahun 2044 hingga 2050, wow terbayangkah dunia akan jadi seperti apa? nah di dalam novel ini sedikit diceritakan, di samping cerita romansa Lail dan Esok, juga beberapa tokoh terkait. Novel ini banyak memberikan pelajaran, mulai dari pelajaran tentang sains hingga pelajaran hidup. 
Pernah ketika saya kuliah, salah satu dosen memberikan materi mengenai dunia digital yang akan semakin berkembang di tahun-tahun mendatang, dan ketika baca buku ini saya seperti mendapatkan jawaban gambaran real dunia digital di masa depan, Well meskipun ini hanya cerita karangan penulis, tapi tere liye berpikir visioner, saya pun dibuat ikut membayangkannya. 
Selain mengagumkan karakter Lail yang selalu sabar menunggu, karakter Esok yang genius, saya juga mengagumkan karakter Maryam di sini, karena perjuangannya dan tekadnya yang berusaha dalam mencapai tujuannya meski orang lain berpikir itu mustahil dan sulit tapi Maryam berhasil membuktikannya. Saya juga dibuat tertawa dengan karakter Maryam di sini, karena membayangkan rambutnya yang kribo dan selalu mengembang ketika ia marah, juga kelakuannya yang menginginkan merasakan mobil yang terbang namun tidak tersampaikan, hahaha Maryam kocak! 
Dari banyak judul novel yang bertemakan Hujan, ini adalah salah satu favorit saya, kalau ada yang belum baca sangat saya sarankan untuk membacanya, karena baca reviewnya aja gak akan menjawab rasa penasaran kamu dengan kisah di balik blurb buku ini yang hanya menuliskan tentang apa yang terkandung di dalam novel ini. 
Novel Tere Liye memang tidak pernah mengecewakan pembacanya untuk baper~ alias bawa perasaan
Ini beberapa quote yang saya ambil dari novel ini
Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa. (hal 63)
Ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan, Merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esok. (hal 205)
Tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar, Tidak ada kepastian juga adlaah kepastian, kepastian tidak ada kepastian. (hal 227)
Hidup ini juga memang tentang menunggu, Lail. Menunggu kita menyadari kapan kita akan berhenti menunggu. (hal 228)
Orang kuat itu bukan karena dia memang kuat, melainkan karena dia bisa lapang melepaskan.. (hal 228)
Tetapi, sesungguhnya bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan. (hal 308)




Thursday, June 23, 2016

[Review Buku] The Lady In Red by Arleen A


Keterangan buku:
Judul: The Lady In Red
Penulis: Arleen A
Editor: Dini Novita Sari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 360 hal
ISBN: 978-602-03-2712-9

Blurb
Betty ...
sebenarnya tidak ingin bersekolah di private school yang mahal itu
bersekolah di sana hanya karena mendapatkan beasiswa
tidak tahu bahwa itu akan mengubah hidupnya

Robert ...
sebenarnya tidak suka bersekolah di private school yang mahal itu
bersekolah di sana hanya karena disuruh orang tuanya
tahu bahwa itu memang jalannya ketika ia melihat Betty

Rhonda ...
tahu ia gemuk
tidak tahu bahwa ia menyukai Greg
tidak tahu bahwa Greg menyukainya juga

Greg ...
tahu ia hanya seorang pekerja di peternakan milik keluarga Rhonda
tidak tahu apakah ia berhak menganggap tempat itu rumah
tidak tahu apakah ia berhak menyukai Rhonda

Tapi sejauh apa pun dirimu pergi,
Sejauh apa pun perasaanmu menjauh,
Selalu akan ada tempat yang menarikmu pulang,
Selalu akan ada hati yang menarikmu kembali.

Review:
Satu kata pertama setelah saya akhirnya bisa menyelesaikan bacaan novel ini adalah AMAZING! dan kalau perlu ditambahkan beberapa kata lagi untuk melengkapi, saya akan menambahkan kata WOW dan KEREN untuk novel karya kak Arleen ini.

Novel ini mengangkat tema yang masih sama dengan novel kak Arleen yang pertama, yakni tentang Cinta, Romansa dua insan –bahkan bisa jadi lebih– yang dibumbui dengan konflik kehidupan, menariknya dari novel ini adalah tidak hanya menceritakan satu generasi, tapi beberapa generasi.

Novel tebal tapi tidak jadi masalah ketika dapat membuat pembacanya –termasuk saya– selalu dibuat penasaran untuk lanjut membuka halaman demi halaman.

Novel ini di bagi menjadi tiga bagian, ketika saya membaca bagaikan menyusun puzzle cerita, dan sempat mempertanyakan mengapa harus ada interlude di tengah cerita, tapi kemudian rasa penasaran saya terjawab setelah saya selesai membaca novel ini. 
Salut untuk pemikiran kak Arleen yang di luar dugaan ini.

Tokoh dan karakter dalam novel ini dijabarkan lengkap, dimulai dari Betty Liu yang merupakan keturunan Tionghoa, yang harus diatur warna bajunya.
Betty harus sesering mungkin memakai baju berwarna merah yang menyatakan kegembiraan dan keberuntungan. (hal 9)
Betty dan keluarganya tinggal di Amerika dan ia bisa bersekolah di Redwood High School karena mendapatkan beasiswa. Betty tidak menyukai sekolah barunya namun berubah ketika ia kenal dengan Robert, yang dilahirkan dan tumbuh di Wotton Dairy Farm, sebuah peternakan sapi di Fort Bragg. Keduanya bermula hanya saling mengenal satu sama lain, melakukan pendekatan, perkenalan dengan orang tua mereka, hingga akhirnya menjalin hubungan. 
Kisah cinta mereka digambarkan dengan apik dan membuat saya bisa senyam-senyum sendiri ketika membacanya.  

Dalam novel ini, kisah Rhonda dan Greg mampu membuat emosi saya bagaikan sedang menyaksikan sebuah film, dapat membuat mata berkaca-kaca ketika menghayati kisah mereka. Kisah cinta yang bisa saja kita temukan juga di dunia nyata. Tarik dan ulur perasaan seorang laki-laki yang tak mampu mengatakan perasaan cintanya, yang semua orang tahu kecuali si perempuan yang ternyata juga memendam rasa yang sama. 
Kak Arleen berhasil membuat pembacanya baper (alias bawa perasaan) ~
…tidak memerlukan mata untuk melihat apa yang baru saja dilihatnya. Dua orang yang disayanginya sedang sedih. Dan tidak memerlukan otak genius untuk tahu sebab kesedihan itu. (hal 246).
Berlatar belakang di dunia pertanian membuat saya memberikan nilai plus untuk novel ini, karena dengan membaca novel ini tidak hanya pelajaran mengenai cinta dan kehidupan yang bisa diambil tapi ada juga ilmu pertanian –khususnya peternakan– Saya yang juga kuliah di jurusan pertanian jadi semakin bangga ketika novel Kak Arleen ini bercerita mengenai kehidupan tokoh yang juga berlatar pertanian.

Dari segi penulisan, saya tidak banyak menemukan typo (kesalahan tulis) hanya menemukan kata masakan yang mungkin seharusnya masa di halaman 148.

Ada beberapa kalimat yang buat saya jadi quote favorit:

… terkadang di dalam diam, ada lebih banyak yang kau dengarkan dan kau mengerti, terutama bila kedua orang yang sedang diam itu mengetahui bahwa dirinya berada di sana saja, itu sudah cukup bagi yang satunya. (hal 53)

… seorang mama adalah seperti malaikat yang tidak pernah hmengucapkan satu pun hal buruk tentang anak perempuannya. (hal 105)

“Selalu ada pertama kali untuk segalanya, Greg.” (hal 121)

Waktu memang berjalan tanpa terasa jika kau sedang melakukan hal yang kau sukai. (hak 197)
Kata orang-orang, “time heals”. 

Seiring waktu berlalu luka di hati harusnya bisa membaik. (hal 264)




Buat yang mau merasakan hal yang sama, yuk kita baper bersama dengan baca buku ini. Saya merekomendasikan sekali novel ini. Novel karya asli penulis Indonesia, novel Indonesia tapi rasa baca novel terjemahan, karena dari judul, nama tokoh, juga latar tempat yang di luar negeri­.

Mulai dari cover, novel ini unik, dari warnanya yang merah (warna kesukaan saya), dan juga cerita yang mengesankan, saya bangga bisa baca novel ini. Kamu juga ya!

Empat jempol untuk novel ini ~

Kak Arleen ditunggu karya amazing selanjutnya yaaa :)