Thursday, August 15, 2013

Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak

Saya mau share pengalaman saya bersama Good Day. Kopi yang memang sudah jadi pilihan saya, karena selain rasanya yang enak, aromanya yang nikmat, pilihan rasanya banyak. 

Sejak SMA saya menyukai Good Day. Biasanya sehabis jam pelajaran olahraga saya membelinya. Good Day Coolin favorit saya. Selesai panas-panasan dan berkeringat, minum Good Day yang dingin rasanya nikmat, bikin tubuh dan pikiran jadi fresh. Sehingga gak ngantuk ketika harus menyimak pelajaran lain sehabis berolahraga.

Di kantin sekolah memang ada yang menjualnya, biasanya saat jam istirahat banyak yang membeli. Ngobrol bareng di kantin, nikmatin makanan temennya segelas Good Day dingin. Gak salah kalo bilang Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak. 

banyak pilihan rasanya

Sekarang, saya sudah jadi mahasiswa, di salah satu perguruan tinggi negeri di Bogor. Satu tahun pertama di sini, harus tinggal di asrama. Wajib hukumnya. Tinggal di satu kamar bersama tiga orang teman saya yang lain, yang beda jurusan. Tinggal tidak bersama orang tua butuh persiapan, segalanya harus bener-bener disiapkan biar betah tinggal di asrama. Seringnya saya dan teman saya, sudah stock makanan dan minuman instan, yang siap seduh. Jadi ya, kalo lapar dan haus gak perlu lagi harus jalan keluar asrama beli makan dan minum. Mie instan sudah pasti ada, di lemari saya dan teman saya. Untuk minumnya saya sedia Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak, Hehe jadi kalo sarapan temennya ya Good Day ini.

Saat ini saya sudah semester lima. Yang namanya mahasiswa gak akan jauh dari yang namanya tugas dan ujian. Ditambah lagi kalo yang memang aktif di organisasi, sibuk rapat sana-sini. Tugas-tugas nambah jadi bukan hanya tugas kuliah, ujian pun juga nambah, bukan hanya ujian mata kuliah tapi juga ujian hidup *loh apalagi saya yang semesternya bukan lagi semester awal, tugasnya semakin banyak, ujian hidup juga semakin banyak. 

Saya sering mengalami ini, banyak tugas, mempersiapkan makalah dan laporan yang besoknya harus mesti banget dikumpul, terus ditambah amanah organisasi yang juga tidak boleh lewat dari yang namanya deadline. Tapi seringnya saya gak tahan sama yang namanya ngantuk. Saat ngerjain tugas, gak lama kemudian tidur, besoknya panik karena tugas dan laporan belom selesai. Duh, gak lagi lagi deh tidur saat banyak tugas dan laporan. Nah, makanya sampai sekarang masih aja sedia stock Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak. 

Kadang pernah tuh denger yang namanya istilah nokturnal, itu loh yang biasanya aktif di malam hari. Mahasiswa banyak yang mengalami ini. Mahasiswa ‘nokturnal’? iya, mahasiswa yang aktifnya malam hari, eh tapi ini bukan berarti kuliahnya malam loh, maksudnya aktif disini mahasiswa itu sering mengerjakan tugas di malam hari sampai harus merelakan waktu tidurnya alias begadang, kemudian siangnya ketika di kelas, mahasiswa malah tidur. Alhasil ketika kuliah hanya datang, liat materi hari ini, setelahnya tidur sepanjang dosen menerangkan, sampai di slide terima kasih baru bangun. Haduh gak patut ditiru juga sih kebiasaan kayak gini. Pengennya ngerubah sifat jelek ini. Gak mau lagi tidur saat kuliah. Ganggu. Pas mau ujian jadinya SKS terus alias Sistem Kebut Semalem. Makanya, emang paling tepat ngerjain kalau sedia Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak. Kan minum di dalam kelas gak dilarang sama dosen. Hehe




Kalau minum kopi lain, biasanya suka timbul efek samping, seperti deg-degan terus, tapi kalau minum Good Day tidak ada efek samping seperti itu. Alhamdulillah tugas selesai, ujian bisa, IP dan IPK juga Alhamdulillah.

Enaknya lagi nih, kalau beli Good Day, kardusnya gak dibuang. Kardusnya bisa dimanfaatin jadi barang yang berguna lagi. Biasanya disampul pakai kertas kado, jadi tempat untuk menyimpan pernak-pernik dan aksesoris, juga bisa untuk tempat menyimpan uang. Namanya juga mahasiswa, ada aja ide kreatifnya. Jadi, gak Cuma kopinya aja yang punya manfaat, kardus bungkusnya juga bisa bermanfaat. Alhamdulillah :)

Monday, August 5, 2013

Antara Ukhuwah dan Ta'jil

Assalamu'alaikum...

Yap, pertanyaan yang bagus! Ada cerita apa hari ini?

Di bulan Ramadhan ini, saya mau share pengalaman saya dengan teman-temen seperjuangan saya ketika SMA. Teman-teman Rohis SMAN 5 Depok angkatan 8, dan kami menamakan angkatan kami As-Sidiqien. Hari itu hari sabtu, tepatnya tanggal 3 Agustus 2013, kami melakukan suatu –ini bisa dikatakan– project, yaitu #GTT apa itu? 
#GTT adalah singkatan dari Gerakan Tebar Ta’jil.
Ide #GTT ini adalah ide dari teman saya, muncul ketika ada keinginan yang besar untuk bertemu dan menyambung tali silaturahim dengan beberapa teman seperjuang sewaktu SMA, tetiba muncul keinginan untuk bisa memberikan suatu kontribusi bagi masyarakat. Jadi tidak hanya bisa berbagi keseruan dengan teman saja, melainkan bisa juga berbagi dengan masyarakat. Karena kami sudah jadi mahasiswa yang nantinya akan kembali dan mengabdi dalam masyarakat. Maka, dengan berharap dengan dimulai dari sesuatu yang kecil, kemudian bisa membentuk suatu komunitas yang nantinya bisa memberikan kebermanfaatan yang lebih banyak lagi.

Project ini memerlukan dana, karena untuk bahan-bahan ta’jil harus dibeli dengan uang *yaiyalah hehe J Dananya dari mana? kami berinisiatif bahwa dana untuk project ini adalah dari infak kami yang sebelum hari H dilaksanakan sudah dikumpul.

infak/sedekah = menabung pahala

Sewaktu acara SIROH (Silaturahim Rohis SMAN 5 Depok), kami mempublish kepada seluruh angkatan rohis yang datang terkait project kami ini, terutama ajakan untuk menjadi donatur, karena semakin banyak dana yang terkumpul maka ta’jil yang dibagikan juga semakin banyak, dan insya Allah semakin berkah.

Menjelang hari pelaksanaan sebagian besar dari teman-teman saya berhalangan hadir karena masih punya beberapa agenda di luar, sebagian lagi ngga ada kabar karena ngga bisa dihubungin. Sampai ada teman yang sudah mulai frustasi dan mulai bimbang apakah kegiatan ini jadi di lanjutkan atau ngga? di tambah dengan kenyataan bahwa saldo di rekening untuk mengumpulkan infak dari teman-teman masih kosong. Terus gimana kelanjutannya?
Kuncinya sabar dan istiqomah
Dengan izin Allah ternyata salah satu teman saya mendapatkan sms bahwa ada seseorang yang sudah mengirimkan infak untuk project ini. Kemudian yang awalnya project ini akan dilaksanakan selama 3 hari, namun karena kesibukan dari masing-masing  teman kami, maka hanya dilaksanakan 1 hari dan diputuskan hari sabtu. Begitu dihubungi apakah banyak yang bisa datang untuk megeksekusi project ini, sebagian besar teman-teman mengatakan bisa. Alhamdulillah..
meski cuma sehari, keseruannya gak tertandingi!
Langsung aja cerita di hari-H-nya..

Tempat untuk mempersiapkan ta’jil dan lain-lainnya adalah rumah teman saya yang memang biasa dijadikan teman kumpul, hehe. Ba’da dzuhur dimulai persiapannya, tapi ketika waktu sudah mendekati ashar, persiapan untuk membungkus ta’jil, membuat kertas tausiyah, dan juga minumnya belum di persiapkan sama sekali karena yang konfirmasi bisa datang belum setengahnnya hadir -__- *maklum yah memang agak susah memang sudah 5 tahun gak ketemu *eh

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore dan teman-teman sudah kumpul kami mulai untuk mempersiapkan ta’jil. Dimulai dengan membungkus kue bolu potong dan juga kurma. Lumayan banyak yang dibungkus, karena kami menargetkan untuk tebar ta’jil sebanyak 200. Wow! 

3 buah kurma yang dibagikan dalam #GTT

Dan gak terasa waktu cepat berjalan, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore lewat dan kami belum selesai membungkus, maka dengan cepat dan bagi-bagi tugas kami segera menyeleseikan. Dan pada waktu lagi buru-burunya ini lucu, semuanya sibuk dengan tugasnya masing-masing dan lucu karena kami terlihat seperti buruh pabrik *eh.

Setengah 6 kami selesai! Langsung kami menuju lokasi untuk tebar ta’jil. Dan gak cuma yang ikhwannya aja yang naik motor, kami para akhwat juga berangkat dengan motor, kan akhwat tangguh!

Ketika sampai di lokasi adzan Maghrib tinggal 2 menit lagi, maka tanpa ba-bi-bu lagi kami langsung mulai tebar ta’jil. Lokasinya di jalan Margonda Raya, tepatnya di lampu merah perempatan Juanda. Keadaannya memang lagi macet, dan ini pas untuk kami bisa membagikan ta’jil dengan mudah, Pak Polisi yang ada juga sudah memberikan izin kepada kami. 
Keseruan dan kesenangan saya lihat di wajah masing-masing teman saya. Karena ini adalah project pertama kami!
Sukses untuk tebar ta’jil, lanjut shalat maghrib, setelahnya kami lanjut untuk makan bareng.
Ada banyak kejadian seru dan tak terduga selama kami mencari tempat makan.
Mulai dari Warung Steak (yang jadi tujuan awal kami) yang penuh, harus nunggu setengah jam, akhirnya pindah tempat tapi gak jelas mau kemana, dan disaat lagi bingungnya kami mencari tempat makan, salah satu dari teman kami kehilangan kunci motornya, tapi motornya masih bisa menyala meski gak ada kunci dan bensin'a tinggal dikit *kok bisa? *entahlah.. karena bingung dan jalanan macet jadi pada ke pisah-pisah dan sebagian besar dari kami gak punya pulsa telepon *cuma satu orang yang punya, salah satu dari teman kami inisiatif untuk duluan mencari tukang kunci, teman kami yang lainnya langsung ke tempat –yang akhirnya memutuskan untuk makan di warung pecel lele lela– (gak maksud promosi juga sih ini) kemudian pas acara dibuka ada yang ngomong tapi gak kedengeran dan ujung-ujungnya jadi gak jelas, motor teman kami akhirnya bisa dimatiin dan tukang kunci akhirnya sampai datang juga, setelah itu, lucunya lagi, bayar makan yang ribet kembalian karena harga masing-masing makanan belum termasuk ppn 10%. Itulah...


tebarkan ta'jil, menebar cinta

Nah itu pengalaman saya, di minggu akhir Ramadhan yang seru. 
Ada banyak hikmah yang bisa diambil dari setiap kejadian yang ada.
Sesungguhnya ukhuwah itu lebih berharga dan patut untuk di perjuangkan dan di jaga. Karena ukhuwah itu anugerah dari Allah, persaudaraan yang terindah, yang pengikatnya hanya satu, yaitu ISLAM. Manisnya ukhuwah lebih manis dari air teh yang dikasih gula 5 sendok, manisnya ukhuwah lebih manis dari sirup yang dinikmati setiap buka puasa, manisnya ukhuwah lebih manis daripada muka saya *nahloh(?)




pelajaran lain yang bisa diambil hikmahnya, adalah bahwa berapapun harta kita yang kita infakkan/sedekahkan dengan niat karena Allah, pasti akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik, seperti yang dirasakan saya dan juga teman-teman, menebar ta'jil dari hasil infak kami sendiri,  dan mendapatkan balasan yang lebih dari sekedar silaturahim. senangnyaaa... Alhamdulillah
“sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan” (Q.S 94:6)


huwaaah, gak nyangka tulisannya bisa sebanyak ini. Tapi semoga bisa memberikan manfaat yaa dan semoga Allah meridhoi setiap langkah-langkah kita. Aamiin J

-sekian

Gambarnya diambil dari Komik Muslimah