Sunday, May 22, 2016

REVIEW NOVEL So I Married The Anti-fan (SIMAF)


Lee Geon Yong merupakan seorang wartawan ditugaskan untuk meliput acara pembukaan Klub Benny milik rapper JJ -salah seorang anggota grup dance Soul- setelah seorang rekannya mengatakan "Geun Yeong sajalah" ketika orang-orang kantor meributkan siapa yang harus meliput acara itu. Geon Yeong yang sudah terbiasa terlibat dengan semua pekerjaan yang tidak menyenangkan pun hanya bisa mengiyakan. 

Geun Yeong yang saat itu sedang duduk bersama beberapa wartawan lain di satu meja pada acara pembukaan Klub tersebut, akhirnya memutuskan untuk pergi ke toilet, namun tak sengaja ia melihat sosok Hu Joon yang sedang membentak seorang gadis. Akhirnya, Geun Yeong tak jadi ke toilet, namun ia tak menyangka bahwa dengan keadaannya yang telah minum beberapa gelas, ia melakukan beberapa kesalahan yang melibatkan Hu Joon.

Beberapa hari kemudian, Geun Yeong merasa tak terima saat Kepala Bagian mengatakan bahwa Geun Yeong dipecat dari pekerjaannya sebagai seorang wartawan, pikirannya pun langsung tertuju pada Hu Joon, ia berpikir bahwa ini pasti perbuatan si artis yang merupakan idola paling terkenal se-Korea. Beberapa rencana telah Geun Yeong susun untuk melakukan balas dendam kepada Hu Joon, namun karena tingkahnya sendiri itulah ia akhirnya terikat bersama Hu Joon yang menjadi idola, dalam sebuah variety show "So, I Married the Anti-fan".


Buku ini adalah novel terjemahan, cukup tebal karena punya 525 halaman, cover terbarunya warna kuning, sangat menarik perhatian. Isinya menceritakan tentang:
Geun Yong yang awalnya hanya seorang wartawan, kemudian dipecat, menjadi anti-fan seorang idol, terpaksa untuk terlibat dalam variety show dengan orang yang membuat ia dipecat, namun seiring berjalannya waktu ia justru memendam cinta terhadap Hu Joon. Tak disangka, Hu Joon pun memendam perasaan yang sama, karena selama mereka tinggal bersama, ia melihat sisi lain kepribadian Geun Yong.

Karakter Hu Joon di sini sama seperti idola Korea dikehidupan nyata,  sama juga kayak beberapa tokoh yang biasa kita temui di novel-novel. Digambarkan oleh penulis –yang juga terinspirasi oleh oleh Kim Hyun Jung dari SS501-- Hu Joon ini tampan dan memiliki citra yang baik di mata publik. 

Cerita yang disajikan dalam novel ini cukup menarik untuk diikuti, bahasanya pun sangat mudah dipahami, buat yang meyukai dunia kekoreaan pastinya akan sangat menikmati isi novel ini, karena banyak istilah korea yang tentunya bisa menambah kosa kata dunia korea kita.
Kalau dari segi cerita, saya terhibur dengan gayanya penulis yang menceritakan karakter Geun Yong yang konyol tapi bisa bijak juga dan Hu Joon yang dingin, percakapan karakter ditulis dengan makna yang kadang tersirat.
So, I Married the Anti-fan ini ditutup dengan manis, ceritanya membuat saya berimajinasi. Tapi, setelah selesai baca novel ini, saya merasa kurang greget. Kalau, soal kesalahan penulisan, masih ditemukan banyak typo, but overall ini novel recommended bgt!
FYI, novel ini di filmkan loh, yang menjadi tokoh Hu Joon adalah Park Chanyeol EXO, yang Kpop-ers pasti tahu. Idol SM yang tinggi, ganteng, yang jadi visualnya EXO, sedangkan yang berperan sebagai Geun Yong adalah aktris China. SeoHyun SNSD juga ikut berperan dalam film ini. Penasaran? Baca novelnya dulu deh..

Kita tunggu filmnya di tanggal 30 Juni 2016 ini.

Lihat trailer filmnya dulu yuk:



Keterangan buku:
Penulis: Kim Eun Jeong
Penerjemah: Putu Pramania Adnyana
Penerbit: Penerbit haru

ISBN 978-602-7742-61-1

Saturday, May 21, 2016

REVIEW KEMI 2: Menyelusuri Jejak Konspirasi

Blurb
Alkisah dalam KEMI, santri cerdas (Ahmad Sukaimi) terjebak dalam kubangan liberalism dan terjerat sindikat criminal pembobol dana-dana asing untuk proyek liberalism Indonesia. Nasib Kemi berujung tragis. Ia disiksa donaturnya sendiri karena dianggap gagal dalam menjalankan misi.

Kini, KEMI2 berkisah tentang perebutan Kemi oleh sesame aktivis liberal. Kemi diculik dari Rumah Sakit dan dikirim ke pusar pengobatan canggih. Pergulatan Islam dan liberalism memasuki babak yang semakin seru melibatkan aktor penting bernama Doktor Rajil, pengamat politik terkenal, dan Habib Marzuki, pegiat Islam yang dicap garis keras.

Kecanggihan Doktor Rajil merekayasa proyek liberalism harus berbenturan dengan suara hati putri kecilnya sendiri yang suatu ketika merajuk pada sang ayah, “Pokoknya Papa jangan liberal, ya.. Putri takut Pa.. nanti Papa masuk neraka? Janji ya, Pa! Papa nggak liberal!”


Kemi 2 menceritakan kasus penganiayaan Kemi yang telah mendapat perhatian khusus dari para aktivis-aktivis yang menyebarkan paham Islam liberal, bahkan pimpinan yayasan asing yang mendanai proyek-proyek liberalisasi Islam di Indonesia harus turun tangan untuk menyelesaikan kasus ini. Mereka merasa bahwa Kemi adalah santri yang potensial untuk melancarkan langkah-langkah dalam menyebarkan paham liberal di Indonesia. Rahmat, yang ditugaskan untuk menyelamatkan Kemi dari cengkraman paham Islam liberal, juga tidak menyangka bahwa kasus penganiayaan Kemi mendapat perhatian khusus dari kalangan nasional hingga internasional.

Penganiayaan Kemi menjadi ramai diberitakan oleh media massa. Hal ini dinilai akan menjadi rintangan bagi proyek liberalisasi Islam. Memang hal ini di luar kontrol mereka. Ada oknum, yang diceritakan dalam buku ini bernama Roman, yang melakukan penganiayaan terhadap Kemi. Oleh karena itu, seorang pengamat politik, Doktor Rajil, ditugaskan untuk menyelesaikan kasus ini.

Awal keganjilan mulai tercium ketika pengadilan kasus Roman hanya menuntut atas tindakan penganiayaannya terhadap Kemi, Padahal Roman sebelumnya telah diduga melakukan tindakan kejahatan lainnya yaitu human trafficking. Habib marzuki, seorang pegiat Islam yang dicap garis keras dan Bejo, sang wartawan, mencium bahwa ada yang aneh pada kasus kemi. Tuntutan jaksa membuat Habib Marzuki penasaran. Hal ini menjadikan dia ingin mencari tahu lebih lanjut mengenai apa yang terjadi. 

Dokter Nasrul, yang merupakan salah satu dokter yang merawat Kemi saat dirawat di RSJ, juga mau tidak mau harus turun tangan dikarenakan Kemi telah dibawa kabur oleh orang tidak dikenal. Ia memutuskan untuk melakukan investigasi mengenai kasus yang tak biasa ini. Hal ini mengantarkan Habib Marzuki dan Doktor Nasrul bertemu dengan seorang wartawan bernama Ahmad Petuah, mereka berharap bisa menggali informasi lebih banyak tentang kasus Kemi ini.

Bejo, wartawan yang sebelumnya cenderung liberal berubah pikirannya menjadi lebih Islami,  juga penasaran dengan kasus Kemi. Namun, Doktor Rajil telah menduga bahwa Bejo adalah orang yang harus mereka tangani. Oleh karena itu, Bejo sempat diculik dan ditawari untuk bergabung menjadi semacam penasihat pribadi Doktor Rajil. Namun, Bejo yang telah semakin dekat dengan Allah menolak tawaran ini. 

Diceritakan juga, tokoh Siti yang sempat menjadi rekan Kemi dalam mengkampanyekan paham Islam liberal, kini telah bertaubat dan berubah untuk melawan pemikiran-pemikiran Islam liberal. Berkat tulisan-tulisan di blog pribadinya, Ia mendapat undangan untuk menjadi pembicara dalam diskusi tentang kesetaraan gender di DPR. Ia disandingkan dengan pembicara lainnya yaitu Doktor Demiawan Ita yang sudah malang melintang dalam memperjuangkan kesetaraan gender di Indonesia.


Novel ini bukan novel biasa, seperti yang dituliskan di bagian cover depan novel ini, karena dari menurut saya, novel ini tidak menekankan pada sastra, melainkan isi dan ilmu dan ingin diberikan oleh penulis. Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami oleh orang awam sekalipun yang ingin mengetahui lebih jauh apa liberalisme dan bahayanya Islam Liberal.

Penulis merupakan tokoh yang dikenal aktif dalam melawan segala bentuk liberalisasi Islam yang berpotensi akan merusak ajaran Islam yang sebenarnya. Beliau sudah banyak menulis buku-buku yang berkaitan dengan pemikiran-pemikiran beliau untuk menunjukkan kepada umat tentang betapa bahayanya liberalisasi ajaran agama Islam. Kali ini beliau menggunakan sarana novel untuk menunjukkan kepada umat betapa berbahayanya Islam Liberal.

Saya baru pertama ini membaca tulisannya Doktor Adia Husaini, yang ketika saya cari tahu mengenai profil beliau, ternyata adalah lulusan S1 Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, sungguh jadi kebanggaan sendiri buat saya yang juga lulusan IPB, punya senior yang tulisannya bisa memberikan inspirasi banyak orang.

Dibagian cover depan terdapat Komentar Taufik Ismail terkait novel ini:
"Setelah wajah pesantren dicoreng-moreng dalam film Perempuan Berkalung Sorban, novel Adian Husaini ini berhasil menampilkan wajah pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yg ideal dan tokoh-tokoh pesantren yg berwawasan luas, sekaligus gigih membendung gelombang liberalisme."


Ada banyak kalimat yang menurut saya menarik dalam novel ini, dan beberapa saya tuliskan di sini:

“Kalau ada kasus satu sedang ramai, ya dimunculkan kasus yang lain sehingga masyarakat lupa kasus sebelumnya. Orang Indonesia ini kan sudah terkenal mudah lupa.” (hal 16)

“Ya itu bedanya saya dengan orang liberal. Saya masih punya Tuhan dan saya mengaki Tuhan berdaulat atas saya. Saya bukan hanya mengakui Tuhan itu ada, tetapi Tuhan memang berhak mengatur saya dan saya adalah hamba-Nya.” (hal 119-120)

“Saya teringat pesan Nabi bahwa tidak akan merugi orang yang bermusyawarah dan tidak akan menyesal orang yang beristikharah.” (hal 154)

“Jadi, apa kritik ibu terhadap pemikiran Doktor Ita tentang kesetaraan gender?” “Pertama, ia sudah terjerat ke dalam alam berpikiran “kesetaraan” model Barat yang memahami arti ‘setara’ adalah sama dalam segala hal. Laki-laki dan eorempuan disetarakan dalam peran dan tugas kehidupan. Ini sangat berbeda dengan ajaran Islam yang memahami ‘setara’ dalam arti maknawi, yaitu setara di hadapan Allah, tetapi ada pembagian tugas dan peran yang berbeda.” (hal 160)

“Kesalahan kaum gender adalah mereka berpikir hanya duniawi saja. Mereka lupa akhirat. Dalam pandangan Islam, laki-laki dan perempuan sudah diberikan tugas dan peran yang berbeda sesuai dengan kodratnya masing-masing. Jenis tugas itu tidak ada yang tinggi atau rendah sebab yang terpenting adalah tanggung jawab di akhirat. Kalau perempuan sukses sebagai istri dan ibu rumah tangga, nilainya sangat tinggi dan merupakan sukses bersama. Begitu juga kalau suami sukses dalam tugas-tugas dan pekerjaannya, itu juga sukses bersama antara suami dan istri. Itu indahnya ajaran Islam. Ada kerja sama antara laki-laki dan perempuan. bukan menempatkan laki-laki dan perempuan dalam posisi bersaing dan bermusuhan.” (hal 161)

“Islam dan Islam Liberal itu beda jenisnya. Islam jenisnya putih. Islam liberal jenisnya hitam.” (hal 193)

“Jelas tidak sama. Yang satu Islam, satunya lagi Islam Liberal. Kata kiai Najih Ahjat, ‘Islam liberal’ seperti kata ‘orang’ ditambah kata ‘gila’ jadi hasilnya tidak sama degan orang.” (hal 193)

“Misi mulia dari Islam liberal adalah tetap menjaga Negara agar tetap netral dari agama. Syukurlah, sejauh ini perjuangan kami berhasil karena partai-partai agama semakin mengecil suaranya.” (hal 195)

“Di sinilah kekeliruan kaum liberal. Terlalu taklid pada dogma kuno bahwa jika agama mengatur Negara, Negara akan kacau. Mereka hanya menengok sejarah bangsa Eropa dan kemudian pengalaman sejarah Eropa itu dipaksakan kepada bangsa-bangsa lain. Bacalah sejarah bangsa lain yang tidak memiliki pengalaman sekularisme.” (hal 196)

“Orang liberal itu suka jualan agama., mengajarkan semua agama benar, menghalalkan yang diharamkan Allah dan suka berkawan dengan orang kafir sambil menjelek-jelekan orang-orang Islam. Pokoknya, Pa orang liberal itu sifatnya seperti orang-orang munafik, yang di Al-quran dikatakan akan dimasukkan ke jurang neraka.” (hal 212).

Menurut saya, novel ini cukup bagus bagi kalangan yang penasaran dengan bahanyanya Islam liberal. Novel ini mudah dipahami dan dicerna.


Keterangan Buku
Penulis: Adian Husaini
Penerbit: Gema Insani Press
ISBN 978-602-250-068-1